Sungguh ku menangis pilu melihat kehidupan bangsaku.
Sungguh ku marah menanggapi pilar - pilar hukum bangsaku.
Sungguh ku benci dengan sikap bangsaku.
Sungguh ku menyesal menjadi penduduk bangsaku.
Bangsaku - Bangsaku
Setiap berita yang ditampilkan
Hanya membuat bangsaku marah
Lantaran hanya kritik tanpa sarat akan saran
Setiap bangsaku kelaparan
Kau lontarkan kepada kami secercah harapan
Harapan lagi, harapan lagi
Bangsaku kelaparan
Tapi kau berfoya - foya
Pergi ke luar negeri
Merenovasi rumah - rumah anggota itu
Membeli mobil untuk anggota itu (lagi)
Dan masih banyak hal yang tak ada hasilnya selain untuk mereka
Bukan untuk bangsaku
Bangsaku - Bangsaku
Ketika bangsaku kelaparan
Kau naikkan harga pangan
Ketika bangsaku kedinginan
Kau hancurkan rumah - rumah
Bangsaku hanya bisa marah
Bangsaku hanya bisa menangis
Bangsaku hanya bisa berdoa
Saat batik dipakai Malaysia
Bangsaku hanya marah - marah
Kau pun juga marah - marah
Guruku berkata
“kenapa kita marah lantaran malaysia memakai batik kita?”
“bukankah kita harusnya bangga?”
“jangan kita marah - marah tidak berguna.”
“yah, tapi kita harus hak paten kan.”
Seandainya ada 1 juta orang yang berpikir lebih dari itu
Bertindak lebih dari itu
Bersatu lebih dari itu
Maka bangsaku akan kubanggakan
Tapi, Bangsaku
Kami hanya sendiri
Belum ada yang menyatukan kami
Bangsaku - Bangsaku
Jangan hancurkan Bangsaku
Aku takut akan pergi jauh dari bangsaku
Aku sedih meninggalkan bangsaku
Aku rindu kehangatan bangsaku
Oh, Bangsaku
Lihatlah puisi - puisi yang telah lalu
Dengarkanlah kesedihan - kesedihan bangsaku
Rasakanlah penderitaan - penderitaan bangsaku
Namun sudah watak bangsaku
Masih banyak yang tak peduli dengan nasib bangsaku
Bangsaku - Bangsaku.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar